Kamis, 18 Februari 2010

DASAR-DASAR JUDO (KHINON JUDO)

Dalam mempelajari Judo kita harus betul-betul menguasai teknik dasar dan peraturan yang berlaku.Olah raga Judo mengenal dua kata macam bentuk latihan,yaitu: Kata dan Randori. Kata adalah suatu system latihan yang meliputi teknik-teknik berupa bantingan,kuncian,cekikan,patahan dan menyerang bagian-bagian tubuh yang berbahaya.Randori adalah latihan bebas mengenai semua yang diajarkan memalui latihan Kata yang dipraktekkan dalam bentuk menyerang dan bertahan.

Sebelum melakukan latihan Judo,seorang Guru/Pelatih Judo harus memberikan peraturan dan tat tertib dalam olah raga Judo yang dimulai dari tata cara penghormatan.

PENGHORMATAN

Dalam kehidupan olah raga Judo ditanamkan rasa saling menghormati sesame anggota baik dalam lingkungan maupan luar lingkungan Judo,rasa saling hormat sangat dibudidayakan.Begitu masuk Dojo kita sudah diharuskan menghormat karena kemungkinan di dalam gedung sudah ada para senior atau para pemimpin baik pelatih maupun pembina.

Begitu masuk matras kita harus menghormat lagi.Demikian juga ketik memulai kegiatan dengan sesame kawan,misalnya Uchikomi atau Randori baik awal maupun sesudahnya.Di dalam Judo dikenal dua macam penghormatan yaitu waktu duduk (Zarei) dan waktu berdiri (Ritsurei).

TATA CARA PENGHORMATAN DI ATAS MATRAS

Setiap ada kegiatan Judo sebelum dimulai ada tata cara yang harus dilakukan dengan berurutan sebagai berikut:

1. Memberi hormat pada waktu akan masuk matras,kemudian berbalik membelakangi matras untuk melepas alas kaki dan dihadapkan keluar arah dari pada alas kaki tersebut.

2. Para pejudo berbaris dengan urutan tingkatan diman sabuk hitam sebelah kanan lalu coklat,biru sampai sabuk putih sebelah kirinya.

3. Berdiri dengan baik,posisi timit kaki dirapatkan kemudian duduk

4. Setelah duduk berikan penghormatan kepada bendera

5. Setelah itu berikan hormat kepada pelatih;dengan serentak para Judoka mengucapkan selamat siang/sore/malam tergantung jam latihan

6. Setelah selesai penghormatan seluruh Judoka berdo’a (Mokuso) kepada Tuhan YME.

7. lalu berdiri dilanjutkan dengan pemanasan,senam hingga latihan

8. Latihan diakhiri dengan cooling down lalu kembali seperti posisi pembukaan tadi.

9. Dilanjutkan duduk yang dilanjutkan berdo’a.Setelah selesai para pejudo menghormat kepada bendera

10. Kemudian penghormatan terakhir kepada pelatih dengan mengucapkan terima kasih secara serentak,setelah itu berdiri dan bubar.

11. Wktu Keluar matras kenalan alas kaki terlebih dulu lalu membalikan badan untuk menghormat ke arah matras.

Selasa, 22 Desember 2009

judo

KELENGKAPAN OLAH RAGA JUDO

Dalam kegiatan olah raga apa pun dibutuhkan sarana dan prasarana untuk mencapai sasaran yang diharapkan.Demikian juga dalam pelaksanaan latihan olah raga Judo dibutuhkan beberapa sarana dan prasarana yang sekurang-kurangnya meliputi dua aspek,yaitu:

  • Tempat Latihan (Dojo)
  • Pakaian Judo (Judogi)

TEMPAT LATIHAN (DOJO)

Dalam latihan Judo diperlukan suatu ruangan khusus yang disebut Dojo.Luasnya tidak boleh kurang dari luas ukuran tatami (matras) yang digunakan sebagai alas berlatih Judo.Ukuran sebuah tatami minimal adalah 14 x 14 meter dan maksimal 16 x 16 meter.Daerah pertandingan berukuran minimal 9 x 9 meter dan maksimal 10 x 10 meter.Tiap tatami berukuran 1 x 2 meter sehingga jumlah tatami yang dibutuhkan oleh suatu Dojo sekurang-kurangnya sebanyak 128 lembar;18 lembar di antaranya berwarna merah sebagai pembatas daerah pertandingan.

PAKAIAN JUDO (JUDOGI)

Latihan Judo memerluka pakaian khusus berwarna putih yang terdiri dari celana dan baju.Celana yang dipergunakan adalah celana panjang yang cukup longgar yang mempunyai ketinggian bagian bawah sekitar 5 cm di atas mata kaki.Sedangkan baju harus tebal dan longgar.Bagian tangnnya harus panjang,sekitar 5 cm dari persendian tangan dan lebarnya harus bisa dimasuki sampai ke batas siku,kira-kira selebar 10-15 cm.

Di samping itu para pejudo harus memakai ikat pinggang atau obi yang warnanya sesuai dengan tingkatan yang dimiliki.

TINGKATAN DALAM JUDO

Kemampuan atau tingkatan kemahiran seorang pejudo bisa dilihat memalui sabuk atau obi yang dikenakannya.Dalam Judo dikelan istilah Kyu serta Dan untuk menggambarkan kemampuan seorang pejudo yang rinciannya dari yang terendah sampai yang tertinggi,sebagai berikut :

Tingkatan Kyu :

Kyu 6 dengan sabuk Putih

Kyu 5 dengan sabuk Biru

Kyu 4 dengan sabuk Biru

Kyu 3 dengan sabuk coklat

Kyu 2 dengan sabuk coklat

Kyu 1 dengan sabuk coklat.

Pejudo junior yang usianya sampai 16 tahun mempunyai sabuk tersendiri,yakni:

Kyu 6 dengan sabuk putih

Kyu 5 dengan sabuk kuning

Kyu 4 dengan sabuk orange

Kyu 3 dengan sabuk hijau

Kyu 2 dengan sabuk biru

Kyu 1 dengan sabuk coklat

Tingkat Dan :

Dan 1 dengan sabuk hitam

Dan 2 dengan sabuk hitam

Dan 3 dengan sabuk hitam

Dan 4 dengan sabuk hitam

Dan 5 dengan sabuk hitam

Dan 6 dengan sabuk merah-putih

Dan 7 dengan sabuk merah-putih

Dan 8 dengan sabuk merah-putih

Dan 9 dengan sabuk merah

Dan 10 dengan sabuk merah

Tingkatan bagi wanita sama saja sperti pria hanya sabagai penanda,bagian tengah sabuk wanita memakai pita putih selebar 1 cm.

Untuk tingkatan yang warnanya sama mulai dari yang terendah memakai pita sepanjang 3 cm dan lebarnya 1 cm pada ujung baju sebelah kiri dengan warna yang sama dengan sabuknya,misalnya Dan 2 Strip 2 hitam,Kyu 4 strip 2 biru.

about judo

ASAL-USUL JUDO

Awal mula Judo dapat kita telusuri pada jujitsu,aktifitas membela diri nenek moyang bansa Jepang ketika mareka masih hidup di zaman primitive Jomon (5000 tahun SM) hingga zaman Yayoi (abad II-III M).Pada masa itu mereka telah belajar teknik-teknik membanting,memukul,menendang dan mengunci lawan yang bertujuan untuk memenangkan pertarungan baik melawan manusia maupun binatang yang sering terjadi pada masa itu.

Pada zaman Kaisar Nara (552-793 M) tiga keterampilan militer diterapkan di seluruh kekaisaran , yaitu panahan,panahan berkuda dan gulat sumo,namun ketiga ilmu itu tumbuh di tengah-tengah kekacauan politik dan keamanan yang rawan.Pemberontakan lokal sering terjadi yang alih-alih malah menimbulkan keinginan baru pada masysrakat untuk menyempurnakan ilmu bela diri tersebut

Gulat sumo pun mengalami masa transisi dari bentuk rituil ke bentuk militer,terutama ketika Sakanoue menaklukan daerah timur.Pendekar samurai yang menjadi kelas bangsawan pun berlatih sumo yang pada masa itu latihan maupun pertandingan sumo dilakukan dengan mengenakan pakaian lengkap berbeda dengan masa sekarang yang hampir tidak berbajusama sekali.

Selama masa Heihan (794-1184 M) kelompok Genji dan Keike saling berebut supremasi.Akibatnya guru-guru bela diri militer Yaroigumi (bertarung menggunakan pakaian pelindung) dan Katchu Gumiuchi (bertarung menggunakan penutup tubuh dari logam) dimobilisasi besar-besaran.

Masa Moromachi (1392-1573 M) hingga masa Sengoku (1477-1582 M) disebut juga “zaman pendekar perang berkuasa”.Stabilitas politik dan keamanan tidak terjamin karena para panglima perang saling berebut kekuasaan.Kelas samurai hingga lapisan warga biasa turut mempelajari ilmu-ilmu bela diri yang secara taklangsung justru ikut menunjang perkembangan ilmu bela diri terutama Jijitsu Kagosuko dan Koshi No Mawari.

Selama masa Asuchi ke Momoyama (1573-1616 M) gulat sumo cenderung ke bentuk rituil sehingga perbedaan antara sumo dan jujitsu mulai tampak jelas yang pada masa inilah kita mengenal Takeuchi Ryu,slah satu aliran jujitsu yang diorganisir oleh Hisamurai Takeuchi pada tahun 1532 M di Sakushu Tsuyama Okayama sebagai bentuk pertarungan tertua yang teknik-tekniknya tlah ditata dengan baik Aliran ini mempergunakan tekinik patahan untuk melumpuhkan lawan.

Pada tahun 1560 M di Kishu Okayama,Yunshin Sekiguchi mengajarkanb ilmu kepandekaran dan mengambangkan bentuk baku “cara jatuh” (ukemi) yang di kemudian hari menjadi temun penting bagi olah raga Judo yang sama pentingnya dengan randori ,seni pertarungan bebas yang diciptakan pada abad ke-17.

Pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17,TsutsumiHozan Ryu,Miura Yoshin Ryu dan Seigo Ryu di kenal sebagai perkumpulan-perkumpulan jujitsu terkemuka yang tumbuh di tengah-tengah keonaran yang munculdi mana-mana.Alhasil,jujitsu lebih dipelajari sebagai ilmu seni berperang yang menitikberatkan pada latihan fisik dan sensitivas batin (seni) yang terus berkembang hingga masa Edo.Menjelang berakhirnya masa Edo pada akhir abad ke-19,di Jepang telah berkembang sekitar 60 aliran jujitsu.Yang terkemuka adalah Kito Ryu,didirikan oleh Kanyemon Iso pada tahun 1670 M

dan Tenjin Sinyo Ryu yang didirikan oleh Mataemon Iso pada tahun 1795 M.Kedua aliran ini dikenal dengan ciri khasnya (spesialisasi) dalam teknik patahan,pukulan dan kata.

Walau berbeda-beda,aliran-aliran itu dilekatkan oleh satu rasa persatuan,yaitu rasa hormt kepada Shinto yang ada di dojo (sanggar latihan) namun tidak semua dojo beraliran Shinto karena ada juga yang Budhha dan Kong Chu Tsu.Meski demikian semua dojo dianggap suci dandipelihara sebagai tempat latihan fisik dan mental.Tiap-tiap aliran mempunyai doktrin akan tetapi semuanya menaati Bushido dan pembinaan hubungan “atasan-bawahan” yang dimanifestasikan dalam bentuk sopan-santun murid terhadap guru.

PROSES TERBENTUKNYA JUDO

Sebagai akibat lebih lanjut dari politik “pintu terbuka” yanh diterapkan oleh Komodor Perry (1893 M),memasuki abad XX Jepang memulai program reformasi yang disebut Restorasi Meiji (1868-1912 M).Negara Jepang ini mengalami perubahan besar-besaran dala kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan.Para petani,para tukang dan kaum pedagang,para samurai mempunyai derajat yang sama di bawah kaisar.Zaman semakin damai dan kalangan militer semakin beradaptasi dengan keadaan ini.Latihan-latihan bela diri yang semula hanya dikuasai kalangan militer dipulihkan dan terbuka bagi masyarakat luas.

Pada tahun 1870 seorang remaja bernama Jigoro Kano (Beliau dalah putra ke tiga dari Jirosaku Mareshibu Kano tanggal 28 Oktober 1860) datang dari Hyogo untuk melanjutkan pendidikannya di Setatsu-sho Juko dan Ikuei Gijiku di Tokyo.Kelak beliau akan di catat sebagai figure penting dalam perkembangan olah raga Judo.

Tahun 1877 Jigoro Kano mulai belajar jujitsu di Kaisei Gako yamh sekarang bernama Universitas Tokyo.Ia mempelajari aliran Tenjin Shinyo Ryu langsung di bawah asuhan Masamoto Iso dan Machino Suke Fukuda.Dari situlah ia mempelajari randori dan kata.Kemudian ia menerima bimbingan Tsunetoshi Shikobu dari aliran kito ryu yang mengajarkan bentuk-bentuk jujitsu yang sama sekali berbeda denagn apa yang ia pelajari selama ini.Di luar itu Jigoro Kano tekun mempelajari sendiri buku-buku jujitsu dari aliran-aliran lainnya.Cita-citanya untuk menjdi pendidik ulai mendapatkan jalan.

Tahun 1881 ia ditugaskan untuk meneliti teknik-teknik mendidik di negara-negara lain.Tahun 1882 Jigoro Kano mengawali karir sebagai pendidik dengan mengajar di Gakusui.Waktu itu ia telah memilih teknik-teknik terbaik dari berbagai aliran jujitsu ysng sudah berkembang sejak zaman Edo.Selain memperbaiki beberapa bagian,ia sendiri menciptakan teknk-teknik baru yang dikenal sebagai judo kodokan.

Dojo Jigoro Kano di Kiul Eishoji yang terletak di Shimoyo Tokyo pada mulanya hanya terdiri 12 lembar tatami (matras).Ia mengkaji berbagai jenis teknik secara ilmiah dan rasional untuk mendapatkan konsep baru yang pada intinya adalah perpaduan antar kekuatan dan kelembutan.

Pihak luar pun mulai tertarik.Tahun 1883,Pers School mengadakan satu kelas di rumah Jigoro Kano.Kementerian Pendidikan Jepang yang memang selalu mengevaluasi segi-segi positif jujitsu yang dikembangkan sebagai seni bela diri dalam pendidikan jasmani di sekolah-sekolah pun akhirnya mengakui temuan Jigoro Kano.Pilot project pun diadakan tahun tersebut,yakni diajarkannya Judo di beberapa perguruan tinggi bergengsi yaitu Akademi Maritim,Universitas Tokyo dan Universitas Kei.Perkembangannya cukup pesat dalam tahun itu saja sekitar 1500 murid Judo berlatih di Dojo utama Kodokan dan di pusat-pusat Judo di luar Tokyo seperti Konojuku,Kyoto dan Narayama.Penemunya pun mendapatkan gelar terhormat : Profesor Jigoro Kano.

about judo

ARTI JUDO

Judo terdiri dari dua suku kata yaitu JU yang berarti halus atau lembut dan DO yang berarti cara atau jalan.Jadi arti kata JUDO adalah “cara yang halus atau jalan yang lembut”.Dalam olah raga Judo tujuan membanting,mengunci,mencekik dan mematahkan sendi tidak dimaksudkan untuk menghancurkan atau mencelakakan lawan akan tetapi hanya untuk melumpuhkan atau mengalahkan lawan.Setiap Pejudo (Judoka) yang membanting lawan dengan teknik apa pun pegangan salah satu lawan pasti tidak pernah lepas.Tujuannya adalah mencegah lawan agar tidak cidera dengan cara menarik salah satu tangan lawan ketika jatuh ke matras atau dengan cara menahan daya dorong arah jatuhnya.

Tujuan utama dari Judo adalah mengembangkan falsafah jiwa Prof.Jigoro Kano yang menerangkan bahwa “seseorang yang bergabung dalam suatu kelompok bangsa harus bekerja sama secara damai demi tercapainya kesejahteraan masyarakat banyak.Untuk itu harus ada satu hubungan yang erat antara jiwa yang satu dengan yang lain dengan cara melakukan usaha yang terus-menerus.Untuk mencapai tujuan itu seseorang harus mengembangkan dirinya sendiri dulu agar bias bekerja sama dengan orang lain demi mencapai tujuan bersama.Manfaat yang timbul bukan hanya bersifat ekonomis namun juga yang bersifat moriil”.

Tujuan kedua dari Judo adalah perkembangan fisik.Dalam teknik bantingan,cekikan,kuncian,patahan dan teknik-reknik baku factor fisik sangatlah penting.Kita dapat meraih hasil yang terbaik melalui latihan tersebut.

Tujuan ketiga dari Judo adalah pembelaan diri.Melalui latihan-latihan Judo kita dapat menghindari kejadian-kejadian yang tidak kita inginkan.Dengan kata lain,olah raga Judo merupakan usaha menjaga diri dari bahaya yang akan menimpa kita.

Ikhtiar untuk mencapai ketiga tujuan tersebut yaitu perkembangan spiritual,kesegaran fisik dan pembelaan fisik yang dilakukan dengan penuh kesungguhan untuk mencapai tujuan yang baik tanpa melupakan bahwa kelembutan dapat mengatasi kekerasan adalah prinsip dasar olah raga Judo.

Sabtu, 19 Desember 2009

SEJARAH JUDO

Judo mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1942 ketika tentara Jepang mulai menduduki Indonesia. Pada hari-hari tertentu tentara Jepang berlatih Judo di lingkungan asramanya, lama kelamaan tentara Jepang bergaul dan bersahabat dengan orang-orang lingkungan asrama tentara Jepang, maka orang Indonesia yang menjadi sahabat dekat tentara Jepang ikut berlatih Judo dan dipilih betul-betul sangat selektif dengan tujuan jangan sampai membahayakan keberadaan tentara Jepang di Indonesia pada waktu itu.

Pada tahun 1949 berdiri perkumpulan Judo pertama di Jakarta bernama “Jigoro Kano Kwai” yang di pimpin oleh J.D. Schilder (orang Belanda). Perkumpulan tersebut berlatih di gedung YMCA, jalan Nusantara, Jakarta. Anggota perkumpulan Judo tersebut terdiri dari berbagai lapisan antara lain Pelajar, Mahasiswa, Umum, ABRI, anak-anak, orang dewasa, pria dan wanita. Selain belajar Judo mereka juga belajar Jiujitsu (salah satu jenis beladiri Jepang) yang merupakan induk dari olahraga Judo. Pada waktu itu perkumpulan-perkumpulan Judo yang masih berdiri sendiri-sendiri atau belum ada organisasi yang lebih besar yang menaunginya.

Pada tanggal 20 Mei 1955, didirikan perkumpulan Judo yang diberi nama “Judo Institute Bandung” (JIB) oleh Letkol Abbas Soeriadinata, Mayor Uluk Wartadireja, Letkol D. Pudarto, Pouw Tek Siang, dengan pelatih Tok Supriadi (orang Jepang).

Pada tanggal 25 Desember 1955 dibentuk organisasi Judo Indonesia yang diberi nama Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PJSI) sebagai organisasi Judo tertinggi di Indonesia, yang mengatur dan mengelola kegiatan Judo secara Nasional maupun Internasional. Pada tahun itu juga PJSI telah diakui oleh Komite Olympiade Indonesia sebagai Top Organisasi Judo di Indonesia. Pada tahun yang sama Indonesia secara resmi mendaftar dan diterima sebagai anggota International Judo Federation (IJF) yang menjadi organisasi Judo tertinggi di dunia.

Tahun 1957, Judo untuk pertama kalinya diikut sertakan dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) IV di Makasar, Sulawesi Selatan sebagai salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan. Tahun 1958 – 1959, ketua Komisi Tekhnik Persatuan Judo Indonesia Djakarta (PJID) yaitu Dachjan Elias, Dan IV berangkat ke negara Jepang untuk memperdalam pengetahuan olehraga Judo. Sekembalinya dari Jepang ia segera mengamil langkah-langkah untuk menggiatkan organisasi, sehingga dalam waktu satu tahun terbukti organisasi PJID lebih dikenal oleh masyarakat Judo termasuk di daerah-daerah di luar Jakarta.